Minggu, 02 Agustus 2015

Ujian

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu dengan sedikit kegelisahan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]:155)

Seorang teman bertanya, “Allah telah menetapkan ujian kelaparan kepada manusia, kenapa harus ada ujian kekurangan buah-buahan?”

Hamba itu berusaha untuk menjelaskan sebuah ayat yang begitu agung mengenai ‘ujian’ bagi seorang hamba Allah di muka bumi ini. Sebuah ayat yang begitu gamblang dan sangat rinci.

Jika kita melihat ayat Allah diatas dengan seksama, ujian itu ada lima.

Yang pertama adalah kegelisahan (ketakutan). Kegelisahan selalu identik dengan sebuah peristiwa yang belum menghampiri kita. Sebuah peristiwa yang ada di depan yang selalu kita harap-harap cemas dalam menunggu kedatangannya atau menantikan seperti apa wujud kejadiannya. Sesuatu yang sebenarnya diluar nalar dan pemahaman kita karena belum terjadi.

Yang kedua adalah kelaparan. Dalam hal ini kekurangan bahan makanan yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi kita mampu mengadakannya dengan harta yang kita miliki tapi bahan makanan itu tidak tersedia.

Yang ketiga adalah kekurangan harta. Dalam hal ini tidak tercukupinya kebutuhan hidup sehari-hari karena kita tidak memiliki penghasilan ataupun.

Yang keempat adalah kekurangan/kehilangan jiwa. Bisa jadi penyakit yang kita derita ataupun kehilangan orang yang kita sayangi.

Yang kelima adalah kekurangan buah-buahan. Buah-buahan disini dapat berarti sebuah tanaman yang kita semai bibitnya, kita tanam, kita pelihara setiap hari dengan menyiramnya dan memberinya pupuk. Tapi tanaman itu tidak berbuah seperti apa yang kita harapkan ataupun tidak berbuah sama sekali. Sebuah perumpamaan bagi sebuah cita-cita yang selama ini kita usahakan untuk mencapainya tapi pada akhirnya cita-cita itu harus pupus. Demikian juga anak-anak yang kita didik dan besarkan dengan susah payah. Berharap suatu saat kelak mereka menjadi seperti apa yang kita harapkan ternyata hal itu tidak menjadi kenyataan.

Allah memilih kata-kata 'Kami' dan bukan 'Aku' dalam ayat-Nya yang agung diatas karena Allah ingin memberi informasi kepada hamba-hamba-Nya, adanya keterlibatan makhluk-makhluk-Nya dalam setiap ujian yang Dia tetapkan dan bukanlah semua itu murni hasil kekuasaan-Nya. Dalam hidup ini kita banyak berhubungan dengan manusia lain. Bukankah kegelisahan, kesedihan, kekurangan harta dapat disebabkan orang-orang disekitar kita juga? Demikian juga peran malaikat tidak dapat diabaikan dalam sebuah ujian Allah. Karena para malaikatlah yang berperan dalam menghijaukan ataupun mengeringkan bumi ini dengan air hujan yang turun. Demikian juga segala bencana yang datang menghampiri adalah perintah Allah kepada para malaikat-Nya.

Begitu Maha Adil dan Maha Halus Allah ‘Azza wa Jalla. Walaupun ia Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, ketika sebuah peristiwa yang terjadi melibatkan para makhluk-Nya ia memilih kata ‘Kami’ daripada ‘Aku’.

Demikian juga dengan kata ‘sedikit’ pada ayat diatas. Kita harus menyadari bahwa setiap ujian yang Allah berikan itu hanya sedikit dan kita sangat mungkin untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang kita miliki untuk menyelesaikannya jauh melampaui apa yang diujikan kepada kita.

Wallahu 'Alam Bissawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar