Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu
malam: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila
telah sunyi.” (QS. 93:1-2). Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa
Allah swt sampai bersumpah pada kedua waktu itu? Beberapa ahli tafsir
berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang utama paling dalam
setiap harinya.
Pada waktu itulah Allah swt sangat memperhatikan
hambaNya yang paling getol mendekatkan diri kepadaNya. Ditengah malam
yang sunyi, dimana orang-orang sedang tidur nyenyak tetapi hamba Allah
yang pintar mengambil kesempatan disa’at itu dengan bermujahadah melawan
kantuk dan dinginnya malam dan air wudhu’, bangun untuk menghadap
Khaliqnya, tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepadanya.
Demikian
juga dengan waktu dhuha, dimana orang-orang sibuk dengan kehidupan
duniawinya dan mereka yang tahu pasti akan meninggalkannya sebentar
untuk kembali mengingat Allah swt, sebagaimana yang dikatakan oleh
sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang
melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah
mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat
orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan
sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas
tempat terbaringnya.” (HR Muslim).
Lantas bagaimana tidak senang
Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya
kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35). Diakhir ayat ini terlihat
Allah menyatakan kata “beruntung” bagi hambanya yang suka mendekatkan
diri kepadanya. Nach.. kalau bicara tentang beruntung tentu ini adalah
rejeki bagi kita. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa rejeki itu
bukan hanya bentuknya materi atau uang belaka. Tetapi lebih dalam dari
itu, segala sesuatu yang diberikan kepada kita yang berdampak kebaikan
kepada kehidupan kita didunia dan diakhirat adalah rejeki. Dan puncak
dari segala rejeki itu adalah kedekatan kepada Allah swt dan tentu kalau
berbicara ganjaran yaitu kenikmatan puncak yang paling akhir adalah
syurga. Oleh karena itu para ulama mengajarkan kita untuk berdo’a
tentang rejeki ketika selesai shalat dhuha. Jadi salah satu fadilah
(keutamaan) dari shalat dhuha itu adalah sarana jalan untuk memohon
limpahan rejeki dari Allah swt.
Disamping itu shalat dhuha ini
juga dapat mengantikan ketergadaian setiap anggota tubuh kita pada
Allah, dimana kita wajib membayarnya sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Setiap pagi setiap persendian salah seorang diantara kalian harus
(membayar) sadhaqah; maka setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid
adalah sadhaqah, setiap tahlil adalah sadhaqah, setiap takbir adalah
sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah, mencegah kemungkaran adalah
sadhaqah, tetapi dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut”
(HR Muslim).
Tetapi yang lebih dalam dari itu lagi adalah shalat
dhuha ini adalah salah amalan yang disukai Rasulullah saw beserta para
sahabatnya (sunnah), sebagaimana anjuran beliau yang disampaikan oleh
Abu Hurairah ra:
“Kekasihku Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku
dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum
tidur” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
Kalaulah tidak khawatir jika
ummatnya menganggap shalat dhuha ini wajib hukumnya maka Rasulullah saw
akan tidak akan pernah meninggalkannya. Para orang alim, awliya dan
ulama sangatlah menjaga shalat dhuhanya sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam Syafei’: Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk
tidak
melakukan shalat dhuha”. Hal ini sudah jelas dikarenakan oleh seorang
mukmin sangat apik dan getol untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”.
Jadi
tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai seorang muslim yang mempunyai
tujuan hidup untuk mendapatkan ridhoNya meninggalkan shalat dhuha karena
kesibukan duniawi kita kecuali karena kelalaian dan kebodohan kita
sendiri.
Sumber : http://shevade.wordpress.com/2009/11/03/fadhilah-sholat-dhuha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar